Follow us on:

Pages

Ketaatan Sebagai Jalan Spiritual

Di dalam kehidupan kita selalu dihadapkan pada pilihan. Kita merasa tidak berdaya oleh banyaknya pilihan yang harus kita pilih. Kebebasan tampak bagaikan musuh walau terkadang bisa bermanfaat sebagai teman. Betapa pun kita menyukai, kita juga kadang-kadang merasa terkutuk olehnya. Apa gunanya semua pilihan itu, kalau kita gagal memilih apa yang baik, tepat dan benar. Kita boleh berbicara dan menulis apa pun yang masuk ke dalam pikiran, meskipun itu salah, jorok atau menebarkan kebencian. Kita boleh mengejar minat apapun yang kita inginkan selama hal itu tidak merugikan orang lain.
Kemerdekaan sejati didapatkan Syaiful dengan menyerahkan segenap keberadaan dirinya kepada Allah, serta mengabdikan kehendaknya dalam sebuah kehidupan yang penuh dengan ketaatan. Inilah yang disebut sebagai pengorbanan diri sendiri. Pilihan tersebut tampak menarik bagi Syaiful; hanya ada satu pilihan hidup yang cukup tepat, yaitu hidup dalam ketaatan. Sesungguhnya inti dari pengabdian kehidupan manusia adalah kerelaan hati kita sendiri. Hal ini tergambar dari tindakan menerima dengan sepenuh hati yang dikombinasikan dengan tindakan ketaatan secara sempurna, tanpa mempertanyakan sebuah tugas atau misi, serta upaya menyelesaikan penugasan kita sebagai hamba-Nya.
Syaiful menyatakan bahwa kehendak Allah bagaikan sebuah bingkisan hadiah yang tersedia bagi umat-Nya. Meskipun ada banyak hadiah lain disana, belum tentu semua itu akan menjadi milik kita. Oleh karenanya, kita harus benar-benar pasrah, dalam artian apapun yang dikehendaki Allah, itulah yang terbaik bagi manusia.
Dalam kehidupan, faktanya kita terkadang bingung mana yang dikehendaki Allah dan mana yang bukan. Kehendak Allah biasanya berkaitan dengan apa yang sudah kita ketahui, bukan apa yang masih kita perkirakan. Oleh karena itu, kehendak Allah hanya memuat satu mandat yang jelas, yaitu bahwa kita harus menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan kita. Seiring berjalannya waktu pada saat membuat pilihan inilah akan kita temukan kemerdekaan yang sejati. Kemerdekaan untuk hidup dalam ketaatan, itulah kehendak Allah bagi kita semua.
Ketaatan yang dipaksakan menunjukkan teologi yang keliru. Kita mengira bahwa kehidupan sejati diperoleh melalui apa yang kita korbankan bagi diri sendiri, bukan melalui apa yang kita berikan kepada Allah. Oleh karena itu, taati perintah-perintah Allah, sebagaimana Allah menganugerahkan rezeki-Nya kepada kita.  Perintah-perintah itu merupakan bagian yang tak bisa dihindarkan, meskipun bukan hal yang menyenangkan. Oleh karenanya, kita harus memenuhi kewajiban kita terhadap Allah dan ketika sesudah selesai, barulah kita bisa menjalani kehidupan ini dengan lebih nikmat.

Menurut Dr. HM. Syaiful M. Maghsri,DN.Med.,M.Ph , Allah menuntut kita mematuhi pola ketaatan yang sama dalam kehidupan sehari-hari supaya kita bisa menikmati kemerdekaan yang lain. Besarnya kepatuhan kita dalam mengerjakan segala hal dalam kehidupan ini akan menentukan hasilnya kelak. Kualitas persahabatan kita sebagai contoh, akan membawa dampak terhadap keputusan kita dalam pacaran maupun pernikahan. Kalau kita gagal menghormati dan menghargai sahabat-sahabat kita, kecil kemungkinan kita akan memperoleh pasangan hidup yang baik bagi diri sendiri, apalagi menjadi pasangan hidup yang baik bagi orang lain.

Ketekunan dalam belajar akan memastikan keberhasilan dalam profesi apapun yang kita jalani. Kalau kita gagal dalam studi, kita tidak akan pernah mendapatkan apa yang pernah kita impikan untuk dicapai. Integritas dalam karakter, ketrampilan dasar dalam membaca dan menulis, kasih sayang dan kesetiaan dalam persahabatan,dan hidup yang saleh secara universal sangat relevan dimanapun kita tinggal dan apapun yang kita kerjakan. Ketaatan adalah kehendak Allah bagi hidup kita dan ketaatan membawa kita kepada kemerdekaan.
Menurut Syaiful, kita harus menghormati dan menghargai terhadap apa yang sudah dihasilkan oleh kemerdekaan dalam kehidupan. Itulah kemerdekaan untuk menjalani hidup bagi Allah, kebebasan untuk mematuhi kehendak Allah. Satu-satunya jalan yang harus kita jalani mungkin membatasi kebebasan seperti didefinisikan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Kalau kita lebih dahulu mencari ridho Allah dan kebenarannya, kita akan melakukan kehendak Allah dan menikmati kemerdekaan yang sejati.